KVIBES.ID, Jakarta - Kritikus budaya publik Korea merasa bangga, mendukung dan mengungkapkan pandangannya terhadap Lisa BLACKPINK yang tampil di kabaret 'Crazy Horse'.
Baru-baru ini, Lisa BLACKPINK menghadapi banyak pro dan kontra ketika memutuskan untuk tampil selama 5 malam di kabaret Crazy Horse di Prancis.
Meski mendapat banyak reaksi negatif, member termuda BLACKPINK itu tak segan-segan memamerkan foto-fotonya di kabaret secara terang-terangan sehingga memicu opini yang semakin kontras. Lisa bahkan mendapat tentangan keras dari netizen hingga diminta menghapus label idola K-Pop miliknya.
Baca Juga: LE SSERAFIM Membatalkan Konser Mendatang Setelah 3 Anggotanya Jatuh Sakit
Namun, media Korea Selatan memiliki beberapa perspektif objektif mengenai keputusan berani Lisa untuk bereksperimen dengan bentuk seni provokatif ini di kabaret sensitif.
Kim Heon Sik (kritikus budaya publik/Ph.D. dalam Konten Informasi Budaya/Anggota Dewan KAIST Generasi Kebahagiaan Masa Depan) menulis analisis yang mendukung Lisa BLACKPINK
Secara khusus, Kim Heon Sik menyebutkan bahwa dalam masyarakat Korea Selatan, istilah '19+' sering dikaitkan dengan vulgar dan kerusakan moral.
Baca Juga: V BTS Jadi Solois Korea Pertama yang Menangkan 10 Melon Weekly Popularity Awards
Hal ini bermula dari perbedaan pandangan antara estetika sensual dan konten dewasa. Pandangan ketat tersebut membuat Lisa BLACKPINK mendapat kritik saat tampil di kabaret Crazy Horse yang diperuntukkan bagi penari topless.
Kim Heon Sik menyatakan “Saya tidak membela penampilan Lisa karena Crazy Horse mungkin mendapatkan lebih banyak pengakuan publik berkat anggota BLACKPINK. Dalam menghadapi kritik dari berbagai kalangan, aspek terpenting dari kasus Lisa adalah otonominya. Lisa dengan percaya diri menegaskan bahwa proyek ini adalah pilihannya dan tidak dibatasi oleh perusahaan manajemennya."
Baca Juga: NewJeans, Stray Kids, FIFTY FIFTY dan BTS Puncaki Chart Album Dunia Billboard
Kim Hoen Sik lanjut mengatakan bahwa "Karena sifat aktivitas K-Pop yang berbeda dibandingkan dengan model yang digerakkan oleh agensi, ada beberapa kasus di mana upaya artistik seseorang dapat merugikan anggota grup lainnya. Namun, Lisa mendapat dukungan dan dorongan tulus dari anggota BLACKPINK-nya. Secara pribadi, saya tidak keberatan dengan aspek BLACKPINK ini.”
Selain itu, Kim Hoen Sik mengungkapkan analisanya bahwa "Tidak seperti penari lainnya, Lisa mengenakan kostumnya sendiri, sehingga gerakan tarian di atas panggung tidak bisa dilihat semata-mata untuk memenuhi hasrat seksual penonton. Beberapa orang khawatir bahwa K-Pop sedang 'dipelintir' menjadi alat untuk mengkomersialkan seksualitas. Namun, penampilan Lisa di acara ini cukup berbeda dari itu."
Baca Juga: Rolling Stone Soroti NCT 127 Sebagai Grup K-Pop Paling Inovatif
Meski penampilan keseluruhannya belum terungkap, apakah penampilan Lisa benar-benar menghadirkan keunggulan artistik masih menjadi isu yang bisa diperdebatkan. Namun, jika anda memahami konteks pertunjukannya, anda mungkin akan mengubah persepsi dan bilai sosial pertunjukan ini" ujar Kim Hoen Sik.